Akhirnya, Paiman Tukang Sulap Ijazah Pramuka Dicopot dari Komisaris PHE

Dulu dikenal sebagai orang seribu gelar Akhirnya, Paiman Tukang Sulap Ijazah Pramuka Dicopot dari Komisaris PHE
Sulap Ijazah Gagal Total: PHE Copot Paiman, Publik Bersorak

Kursi komisaris itu akhirnya kosong.

Bukan karena pensiun. Bukan karena prestasi yang selesai. Tapi karena ijazah. Bukan ijazahnya sendiri—katanya. Tapi soal “jejak percetakan.”

Paiman. Dulu dikenal sebagai orang seribu gelar. Professor. Doktor. Dosen. Motivator. Komisaris. Tapi kini, satu per satu gelar itu mulai kehilangan kilau. Yang terakhir hilang: komisaris Pertamina Hulu Energi (PHE)—dilepas tanpa seremoni, tanpa tepuk tangan, tanpa surat cinta dari kementerian.

Padahal dulu dia naik cepat. Lebih cepat dari lift Kemenko. Konon, karena dekat dengan kekuasaan. Atau lebih tepatnya: karena berjasa membuat sesuatu tampak seperti nyata. Ijazah, misalnya.

Masalahnya satu: publik sekarang bukan publik 90-an. Sekali jejak digital muncul, netizen jadi detektif. Mereka gali, silang data, zoom gambar, cari tanggal, tanya rekan sekelas yang tak pernah kenal, lalu serang.

Dan benar saja. Narasi tentang “ijazah Jokowi dari Pasar Pramuka” itu kembali menyeruak. Nama Paiman terseret. Katanya, dulu dia punya percetakan. Di sana pula ijazah itu—katanya lagi—dicetak.

Yang lebih ironis, bukan Jokowi yang kena. Tapi Paiman.

Sejak itu, netizen tak berhenti. Muncullah meme, montase, rekaman lawas, hingga potongan podcast. Ada yang menyebutnya “sulap ijazah.” Ada yang bilang “Profesor palsu.” Tapi yang paling ramai: “Tukang ijazah Pramuka.”

Paiman marah. Ia bantah. Ia bilang itu fitnah. Ia tegaskan ijazah Presiden sah. Tapi publik sudah terlalu gaduh untuk dengar klarifikasi.

Dan PHE... pelan-pelan cabut jabatan itu.

Tanpa kata.

Kini, publik bersorak. Tapi bukan karena benci pribadi Paiman. Ini soal perasaan dikhianati oleh simbol-simbol kehormatan: gelar akademik, jabatan negara, dan kepercayaan publik.

Kita pernah percaya, profesor itu teladan. Komisaris itu berintegritas. Tapi ketika semuanya bisa didapat lewat relasi politik dan cetakan malam hari, kepercayaan itu hancur.

Paiman mungkin hanya contoh. Tapi ini teguran keras untuk semua:
Jangan main-main dengan gelar, jabatan, dan publik. Karena zaman sekarang, yang dibodohi justru bisa jadi hakim.

Bersiaplah.
Sulap lain mungkin akan terbongkar.
Dan publik... akan kembali bersorak.

(Agus Maksum)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Banner iklan disini
Tekan Tombol Close Untuk Menutup

Banner iklan disini