Waspada dari Hal-hal yang Tidak Bermanfaat
Sunday, 19 April 2015
Edit
SEBAIK-BAIK manusia adalah ia yang bermanfaat bagi orang lain. Bermanfaat bagi orang lain bukan berarti tidak memperhatikan diri sendiri, justru ketika sudah mampu berguna bagi orang lain, berarti ia sudah mampu memanfaatkan dirinya sendiri.
Seorang muslim yang benar islamnya, selalu berusaha hanya melakukan yang bermanfaat dan mengarah pada ridha-Nya, dan berhati-hati untuk tidak terjerumus ke dalam urusan yang tidak bermanfaat. Ia tidak suka mencampuri urusan-urusan orang lain yang bersifat khusus, apalagi yang hanya akan mengganggu pikirannya, seperti isu, fitnah dan hal negatif lainnya. Menjauhi hal-hal demikian merupakan tanda kekokohan seseorang dalam berpegang teguh dengan akhlak islam yang indah. Islam memberinya motivasi untuk meninggalkan aktivitas yang hampa kosong tanpa makna, tanpa tujuan. Termasuk juga di dalamnya melarang debat tanpa kendali. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setengah dari kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan kegiatan yang tak memberi manfaat baginya,” (HR. Malik, Ahmad dan Tabrani).
“Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian atas tiga perkara dan benci kepada kalian atas tiga perkara yang lain. Allah ridha jika kalian beribadah kepada-Nya (secara ikhlas), tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan berpegang teguh dengan tali Allah dan (berketetapan) untuk tidak bercerai-berai. Sedangkan Allah benci jika kalian menyukai desas-desus, terlalu banyak bertanya (tentang perkara yang semestinya tidak ditanyakan), dan menghambur-hamburkan uang,” (HR. Muslim).
Di dalam masyarakat rabbani yang tegak atas Islam, tidak pantas terdapat pribadi yang yang suka menyebarkan desas-desus, banyak membantah dan bertanya tentang hal yang tidak bermanfaat. Tidak ada yang sempat mencampuri urusan-urusan orang lain, karena semua pribadi sibuk, terpusat pikirannya pada pekerjaan-pekerjaan besar dan terarah. Berjuang, mengerahkan segenap perhatian, tenaga dan pikirannya untuk menegakkan kalimat Allah yang luhur supaya tegak di muka bumi, serta menyebarkan nilai-nilai suci di tengah-tengah umat manusia. Orang yang bangkit jiwanya untuk mengerjakan amalan-amalan fisik maupun batin tidak menyia-nyiakan waktunya, sedikitpun, untuk bergelimang dalam suatu aktivitas yang mengandung dosa. [reni/islampos]
Sumber: Apakah Anda Berkepribadian Muslim?/Karya: Muhammad Ali Hasyimi/Penerbit: Gema Insani Press
Seorang muslim yang benar islamnya, selalu berusaha hanya melakukan yang bermanfaat dan mengarah pada ridha-Nya, dan berhati-hati untuk tidak terjerumus ke dalam urusan yang tidak bermanfaat. Ia tidak suka mencampuri urusan-urusan orang lain yang bersifat khusus, apalagi yang hanya akan mengganggu pikirannya, seperti isu, fitnah dan hal negatif lainnya. Menjauhi hal-hal demikian merupakan tanda kekokohan seseorang dalam berpegang teguh dengan akhlak islam yang indah. Islam memberinya motivasi untuk meninggalkan aktivitas yang hampa kosong tanpa makna, tanpa tujuan. Termasuk juga di dalamnya melarang debat tanpa kendali. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setengah dari kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan kegiatan yang tak memberi manfaat baginya,” (HR. Malik, Ahmad dan Tabrani).
“Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian atas tiga perkara dan benci kepada kalian atas tiga perkara yang lain. Allah ridha jika kalian beribadah kepada-Nya (secara ikhlas), tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, dan berpegang teguh dengan tali Allah dan (berketetapan) untuk tidak bercerai-berai. Sedangkan Allah benci jika kalian menyukai desas-desus, terlalu banyak bertanya (tentang perkara yang semestinya tidak ditanyakan), dan menghambur-hamburkan uang,” (HR. Muslim).
Di dalam masyarakat rabbani yang tegak atas Islam, tidak pantas terdapat pribadi yang yang suka menyebarkan desas-desus, banyak membantah dan bertanya tentang hal yang tidak bermanfaat. Tidak ada yang sempat mencampuri urusan-urusan orang lain, karena semua pribadi sibuk, terpusat pikirannya pada pekerjaan-pekerjaan besar dan terarah. Berjuang, mengerahkan segenap perhatian, tenaga dan pikirannya untuk menegakkan kalimat Allah yang luhur supaya tegak di muka bumi, serta menyebarkan nilai-nilai suci di tengah-tengah umat manusia. Orang yang bangkit jiwanya untuk mengerjakan amalan-amalan fisik maupun batin tidak menyia-nyiakan waktunya, sedikitpun, untuk bergelimang dalam suatu aktivitas yang mengandung dosa. [reni/islampos]
Sumber: Apakah Anda Berkepribadian Muslim?/Karya: Muhammad Ali Hasyimi/Penerbit: Gema Insani Press